Cari Dokter
myRSPIK
Tanya Kami
Bagikan :
Jatuh Pada Lansia

 JATUH PADA LANSIA

(Oleh: dr. Rensa, Sp.PD-KGer, FINASIM)

 

Gangguan keseimbangan berjalan dan jatuh (falls) merupakan kondisi yang sering terjadi pada kelompok orang berusia lanjut (lansia). Hal ini sebagai konsekuensi dari berbagai perubahan fungsi organ terkait proses menua (aging process), penyakit dan juga faktor lingkungan. Kejadian jatuh dilaporkan terjadi pada sekitar 30% orang berusia di atas 65 tahun per tahunnya, dan persentase ini meningkat seiring dengan bertambahnya usia. 

Akibat jatuh, seperti cedera kepala/ bagian tubuh lainnya, sampai dengan patah tulang (fraktur) dapat menurunkan kemampuan lansia untuk melakukan aktifitas harian secara lebih signifikan, dibandingkan dengan kelompok usia dewasa muda. Tidak jarang komplikasi imobilisasi (kondisi tirah baring lama atau >3 hari), yaitu infeksi, kekakuan sendi (kontraktur), otot mengecil (atrofi otot), luka tekan (ulkus dekubitus/ pressure ulcers), gangguan gizi (malnutrisi), penyumbatan pembuluh darah (deep vein thrombosis), sampai dengan isolasi diri/ depresi dapat terjadi. Hal ini pada akhirnya akan memengaruhi kualitas hidup lansia yang mengalami jatuh.

Faktor risiko untuk terjadinya jatuh dapat dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu intrinsik (kondisi yang ada pada/ berasal dari tubuh lansia tersebut) dan ekstrinsik (didapat dari luar/ lingkungan lansia). Beberapa faktor instrinsik yang dapat menyebabkan jatuh, adalah:

  • Gangguan gaya berjalan.

Dalam berjalan dikenal istilah gait, yaitu cara atau gaya berjalan yang umumnya meliputi kecepatan bergerak (meter per detik) dan jumlah langkah per unit waktu (langkah per menit). Jarak antar langkah kaki yang terlalu pendek atau kaki yang tidak terangkat cukup tinggi saat berjalan, merupakan contoh gangguan gaya berjalan pada lansia yang dapat menyebabkan jatuh.

  • Kontrol postural yang menurun.

Kontrol postural meliputi kontrol posisi tubuh untuk stabilitas sehingga keseimbangan tubuh dapat dipertahankan dan untuk orientasi berbagai bagian tubuh dengan kondisi lingkungan. Pada lansia, sering didapatkan perlambatan refleks anggota tubuh saat mengalami jatuh, menurunnya persepsi “dangkal-dalam” dan menurunnya kekuatan otot kedua tungkai, yang dapat meningkatkan risiko jatuh.

  • Pusing berputar (“Vertigo”).

Kondisi ini sering dialami oleh pasien lansia yang didapatkan terjatuh, mirip dengan kondisi sinkop (pingsan mendadak). Bila ada keluhan pusing berputar berulang, harus segera melakukan konsultasi dengan Dokter.

  • Gangguan penglihatan dan/ atau pendengaran (contoh: rabun dekat, katarak, glaukoma, penumpukan kotoran telinga (impaksi serumen), dll)
  • Gangguan otot dan/ atau sendi (contoh: pengapuran sendi/ osteoarthritis, pengecilan ukuran otot akibat penyakit stroke, dll)
  • Penyakit (contoh: Stroke, Parkinson, gagal jantung, penyakit paru kronis, dll)

 

Selain itu, faktor ekstrinsik jatuh yang perlu diperhatikan, adalah:

  • Penerangan ruangan yang kurang
  • Lantai kamar mandi yang licin
  • Karpet atau perabot rumah tangga yang banyak di ruangan
  • Mainan anak-anak yang berserakan di lantai
  • Tangga yang berkelok-kelok, curam dan licin
  • Pengaruh obat-obatan dimana penggunaannya tanpa pengawasan dari Dokter (contoh: obat antihipertensi (penurun tekanan darah), obat tidur, dll)

 

Apa saja tips untuk mencegah jatuh pada lansia?

  1. Olahraga rutin, 3–4 kali per minggu, 30–60 menit per kali. Jenis latihan yang dipilih berfokus pada kekuatan otot kedua tungkai dan juga latihan keseimbangan, contoh: Jalan pagi/ Jogging, senam Lansia, Yoga, Tai-Chi, berenang, dll.
  2. Lakukan medical check-up rutin khususnya pemeriksaan laboratorium (darah) untuk mengetahui apakah terdapat anemia atau penyakit kronis lain, serta pemeriksaan mata dan telinga secara berkala (minimal 3–6 bulan sekali). Bila diperlukan, lansia dianjurkan untuk selalu menggunakan alat bantu melihat dan mendengar yang sesuai saat berjalan.
  3. Penggunaan alas kaki/ sepatu yang aman dan nyaman. Lansia tidak dianjurkan menggunakan sandal jepit (terutama di dalam kamar mandi), dan alas kaki diupayakan selalu memiliki bantalan yang sesuai.
  4. Pemakaian alat bantu jalan yang sesuai (contoh: Tongkat, Walker, dll).
  5. Penggunaan cahaya yang cukup di setiap ruangan(terutama di kamar tidur, toilet/ kamar mandi, teras rumah, dapur dan area tangga/ undakan).
  6. Penggunaan “bed-rails for seniors” (pengaman pinggiran kasur tidur). Alat ini dapat mencegah jatuh saat sedang/ bangun dari posisi tidur.
  7. Pegangan (hand-raildi area yang sering dilewati/ digunakan oleh lansia yang berisiko jatuh (contoh: tangga, toilet, dll).
  8. Usahakan tangga tidak curam, tidak licin dan ada pegangan yang kuat.
  9. Berkonsultasi dengan Dokter tentang semua obat yang rutin diminum. Hal ini untuk mengevaluasi efek obat tertentu yang secara langsung/ tidak langsung dapat meningkatkan risiko jatuh pada lansia.

 

Apa yang harus dilakukan apabila seorang lansia terjatuh?

  • Refleks melindungi area kepala lansia bila jatuh terlentang/ tengkurap. Bila lansia jatuh posisi duduk, upayakan jangan menahan badan dengan kedua telapak tangan, untuk mencegah  patah tulang pergelangan tangan (Colles Fracture)
  • Segera minta pertolongan. Lansia yang baru saja jatuh, jangan dipaksa untuk segera berdiri. Bila dirasa mampu, pertahankan dalam posisi duduk dulu.
  • Rasakan dulu bagian mana yang sakit untuk memastikan ada/ tidaknya cedera dan sampaikan kepada orang yang menolong.
  • Segera periksa ke Dokter/ Layanan Kesehatan (contoh: IGD Rumah Sakit) terdekat.

Upaya pencegahan dan penanganan kejadian jatuh yang tepat pada lansia  merupakan hal yang sangat penting, bahkan jatuh dapat dianggap sebagai salah satu faktor prediktor penurunan kualitas hidup dan kematian pada lansia. 

Tags :